tribunindonesia

Archive for the ‘MAGAZINE’ Category

AV Idol, Bisnis Pornografi di Tengah Budaya Ketimuran

In MAGAZINE on 29 April 2009 at 1:01 AM


Oleh: Fatchur Rochim

Jepang selama ini identik dengan negara maju yang masih memegang budaya mereka dengan kuat. Namun di balik budaya dan tradisi yang kuat itu, industri pornografi ternyata juga tumbuh dengan subur pula. Buat yang sering ‘terkoneksi internet’ barang kali nama AV Idol bukanlah nama yang asing lagi.

AV Idol (Adult Video Idol) adalah sebutan buat para aktris atau model yang bekerja di bidang pornografi di Jepang. Sebutan ini mulai muncul di awal tahun 80-an dan kian hari kian berkembang dengan pesat. Bahkan saat ini ada lebih dari 25 studio yang mengkhususkan dalam produksi video porno. Itu belum termasuk industri media cetak yang juga tak kalah pesatnya. Ini menunjukkan bahwa industri ini bukanlah industri main-main atau industri underground. Mereka punya bisnis yang dikelola dengan baik secara profesional layaknya industri lain.

Pornografi Jepang juga punya karakteristik unik bila dibandingkan dengan pornografi barat pada umumnya. Misalnya saja, di Jepang, topik yang sering kali jadi ide dasar adalah hubungan seks dengan gadis-gadis yang masih menggunakan seragam sekolah. Dunia barat menganggap pornografi Jepang berpusat pada kekerasan dan hubungan seksual dengan anak di bawah umur, sesuatu yang di barat dianggap ‘asing’.

Pornografi Jepang juga punya banyak wujud selain dalam bentuk video dan gambar. Industri komik porno atau computer games yang sarat dengan muatan pornografi juga cukup laris di negeri matahari terbit ini namun tentu saja industri ini tak sebesar industri video porno yang telah melahirkan banyak bintang, seperti Maria Ozawa misalnya. Cewek yang baru berusia 23 tahun ini sudah menekuni bisnis ini selama hampir empat tahun.

Sejak tahun 80-an ada banyak nama yang identik dengan label AV Idols ini. Misalnya saja Kate Asabuki, Hitomi Kobayashi atau Nao Saejima yang populer di tahun 80-an sementara nama-nama seperti Akira Fubuki, Ai Iijima, atau Aika Miura baru muncul di era 90-an. Di tahun 2000-an ini nama yang paling populer bisa jadi memang adalah Maria Ozawa atau yang juga dikenal dengan nama Miyabi ini.

Ratusan AV Idol yang pernah ada hingga saat ini rata-rata memiliki masa aktif sekitar satu tahun saja. Selama satu tahun itu rata-rata mereka menghasilkan sekitar lima sampai sepuluh video. Beberapa Idol memang sempat melegenda dan memiliki karir lebih dari satu tahun. Kaoru Kuroki bahkan sempat dianggap sebagai aktris porno yang berhasil mengangkat status AV Idol menjadi orang yang terhormat juga di mata masyarakat. Ia memilih menjadi AV Idol meski sebenarnya ia juga punya karir yang bagus di televisi.

Yang jelas, bisnis ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Konon, bisnis ini bernilai sekitar Rp 46 triliun per tahunnya. Tahun 1992 saja bisnis ini bisa menghasilkan 11 film dalam satu harinya dan menguasai sekitar 30% rental video di sana. Dua tahun berikutnya, data mencatat bahwa dalam satu tahun Jepang bisa memproduksi 14 ribu video porno sementara di Amerika Serikat dalam waktu yang sama hanya mampu memproduksi sekitar 2.500 video saja.(kpl)

Nicoline Patricia Malina, Memotret Perempuan Kuat

In MAGAZINE on 29 April 2009 at 12:41 AM


Beranjak remaja, Nicoline Patricia Malina, begitu perempuan 25 tahun ini disapa, paling hobi nonton film Perancis.
“Aku tertarik dengan kehidupan, cara pikir, dan kebebasan yang mereka miliki. Sejak itu aku bermimpi pergi ke Eropa,” kenang anak pasangan dari Jack Bernard dan Fransisca Lanywati yang hobi menggambar ini.

Lewat kerja keras, tahun 2002, mimpi Nicole terwujud. Ia pergi ke Belanda, menekuni studi Fine Art di Hogeschool voor de Kunsten Utrecht, Belanda. Sambil mengisi waktu, Nicole menjadi penata rias lepas untuk para model, lalu bahkan menjadi model. Dari situ ketertarikannya pada kamera tumbuh. “Selama jadi model aku kenal banyak fotografer. Aku lihat kerja mereka ini asyik banget. Saat sedang break di lokasi pemotretan, aku mengajak mereka ngobrol soal fotografi.”

Dua tahun kemudian, Nicole bisa membeli kamera sendiri. Di sela kesibukan ia memotret kehidupan jalanan di Belanda dan bebrapa model agensi. Ia juga berusaha masuk ke lingkungan fotografi fashion dan mengirimkan kumpulan fotonya ke berbagai majalah fashion di Belanda. Sampai suatu hari di tahun 2006, Majalah Elle Belanda menghubunginya, “Mereka mengajakku kerja sama!”

Karyanya semakin cepat dikenal di Eropa (Amsterdam, Paris, Antwerp) setelah ia menjuarai Iconique Societas Excellence in Photography Award 2007. Nicole pun semakin mantap menyandang profesi barunya sebagai fotografer profesional.

Tahun 2008, Nicole kembali ke Indonesia. Butuh sekitar setahun buatnya untuk bisa beradaptasi dengan cara kerja dan selera pasar di Indonesia. Menurut Nicole, dalam segi fashion, Indonesia memiliki lebih banyak unsur yang bisa dieksplor, sedangkan di Eropa segala sesuatunya lebih simpel. “Orang Eropa lebih suka menekankan feel dan mood. Orang Indonesia lebih senang menekankan produk dan lighting.“

Sulitkan memantapkan posisi di kalangan fotografi yang didominasi kaum lelaki? “Yang pasti ada diskriminasi. Misalnya, soal harga.” Tapi Nicole tetap tak menyerah, “Aku tunjukin ciri khasku. Tipe fotoku lebih edgy dan seksi. Aku senang memotret perempuan yang terlihat kuat, enggak lembut-lembut amat. Dan saat memotret aku tidak terlalu mengandalkan hal-hal teknis, lebih impulsif-lah. Aku tidak senang membuat foto yang membingungkan orang. Simpel saja, tapi mampu membuat orang mau melihat karyaku lama-lama.”

Sekarang klien Nicole tak hanya dari Indonesia dan Eropa, tapi juga Singapura dan China. Ia juga bekerja sama dengan beberapa majalah fashion ternama yang ada di Belanda, Inggris, China, dan Indonesia. Dan entah sudah berapa banyak iklan yang ditanganinya. Beberapa di antaranya adalah Ponds, Lux, Clear, M Pacific Place, juga Class Mild.

Dengan berbagai karya yang sudah dihasilkannya ini, pantaslah kalau berbagai media dan lembaga memberikannya penghargaan seperti Young Photographer of the Year Award from ELLE Indonesia, Young Designer United Amsterdam, dan lain-lain.(kom)

Nicoline Patricia Malina, Memotret Perempuan Kuat

In MAGAZINE on 29 April 2009 at 12:41 AM


Beranjak remaja, Nicoline Patricia Malina, begitu perempuan 25 tahun ini disapa, paling hobi nonton film Perancis.
“Aku tertarik dengan kehidupan, cara pikir, dan kebebasan yang mereka miliki. Sejak itu aku bermimpi pergi ke Eropa,” kenang anak pasangan dari Jack Bernard dan Fransisca Lanywati yang hobi menggambar ini.

Lewat kerja keras, tahun 2002, mimpi Nicole terwujud. Ia pergi ke Belanda, menekuni studi Fine Art di Hogeschool voor de Kunsten Utrecht, Belanda. Sambil mengisi waktu, Nicole menjadi penata rias lepas untuk para model, lalu bahkan menjadi model. Dari situ ketertarikannya pada kamera tumbuh. “Selama jadi model aku kenal banyak fotografer. Aku lihat kerja mereka ini asyik banget. Saat sedang break di lokasi pemotretan, aku mengajak mereka ngobrol soal fotografi.”

Dua tahun kemudian, Nicole bisa membeli kamera sendiri. Di sela kesibukan ia memotret kehidupan jalanan di Belanda dan bebrapa model agensi. Ia juga berusaha masuk ke lingkungan fotografi fashion dan mengirimkan kumpulan fotonya ke berbagai majalah fashion di Belanda. Sampai suatu hari di tahun 2006, Majalah Elle Belanda menghubunginya, “Mereka mengajakku kerja sama!”

Karyanya semakin cepat dikenal di Eropa (Amsterdam, Paris, Antwerp) setelah ia menjuarai Iconique Societas Excellence in Photography Award 2007. Nicole pun semakin mantap menyandang profesi barunya sebagai fotografer profesional.

Tahun 2008, Nicole kembali ke Indonesia. Butuh sekitar setahun buatnya untuk bisa beradaptasi dengan cara kerja dan selera pasar di Indonesia. Menurut Nicole, dalam segi fashion, Indonesia memiliki lebih banyak unsur yang bisa dieksplor, sedangkan di Eropa segala sesuatunya lebih simpel. “Orang Eropa lebih suka menekankan feel dan mood. Orang Indonesia lebih senang menekankan produk dan lighting.“

Sulitkan memantapkan posisi di kalangan fotografi yang didominasi kaum lelaki? “Yang pasti ada diskriminasi. Misalnya, soal harga.” Tapi Nicole tetap tak menyerah, “Aku tunjukin ciri khasku. Tipe fotoku lebih edgy dan seksi. Aku senang memotret perempuan yang terlihat kuat, enggak lembut-lembut amat. Dan saat memotret aku tidak terlalu mengandalkan hal-hal teknis, lebih impulsif-lah. Aku tidak senang membuat foto yang membingungkan orang. Simpel saja, tapi mampu membuat orang mau melihat karyaku lama-lama.”

Sekarang klien Nicole tak hanya dari Indonesia dan Eropa, tapi juga Singapura dan China. Ia juga bekerja sama dengan beberapa majalah fashion ternama yang ada di Belanda, Inggris, China, dan Indonesia. Dan entah sudah berapa banyak iklan yang ditanganinya. Beberapa di antaranya adalah Ponds, Lux, Clear, M Pacific Place, juga Class Mild.

Dengan berbagai karya yang sudah dihasilkannya ini, pantaslah kalau berbagai media dan lembaga memberikannya penghargaan seperti Young Photographer of the Year Award from ELLE Indonesia, Young Designer United Amsterdam, dan lain-lain.(kom)

Obama Bermain Bola di Jalan Kotor Jakarta

In INTERNASIONAL, MAGAZINE on 29 April 2009 at 12:34 AM


Presiden AS, Barack Obama, menyinggung pengalamannya bermain bola di jalan-jalan kotor kota Jakarta saat mendukung keinginan negaranya menjadi tuan rumah Piala Dunia sepakbola 2018 atau 2022 mendatang.

Obama yang juga medukung keinginan Chicago meneyleanggarakan Olimpiade 2016 mengirim surat dukungan tersebut yang ditujukan kepada badan sepakbola dunia (FIFA).

Dalam suratnya, Obama menyinggung pengalamannya semasa kecil tinggal di Jakarta, Indonesia. “Sebagai anak-anak, saya bermain bola di jalan-jalan yang kotor di kota Jakarta. Olahraga ini mempersatukan saya dengan anak-anak di lingkungan tempat tinggal saya,” tulis Obama.

Presiden kulit hitam pertama AS ini merasakan semangat yang sama saat menyaksikan puterinya bermain sepakbola. “Sebagai seorang ayah saya merasakan spirit persatuan yang sama di lpapangan dan di tepi lapangan sepakbola puteri saya di Chicago.”

AS pernah sukses menyelenggarakan Piala Dunia pada 1994 lalu. Mereka akan bersaing dengan Australia, Inggris, Indonesia, Jepang, Meksiko dan Rusia. AS, Inggris, Jepang dan Meksiko pernah menjadi tuan rumah Piala Dunia.

Dua calon finalis akan dipilih Desember 2010 mendatang. Piala Dunia 2010 akan berlangsung di Afrika Selatan, sementara Brasil terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2014. (kom)

Rakyat Palestina seperti di Penjara

In INTERNASIONAL, MAGAZINE on 29 April 2009 at 12:09 AM


Wanita Hamil Harus Melahirkan di Pos Pemeriksaan

Nasib warga Palestina di Tepi Barat tak jauh berbeda dengan warga Palestina di Jalur Gaza, sama-sama hidup bak di penjara. Blokade total membelenggu Jalur Gaza. Tembok pemisah dan ratusan pos pemeriksaan militer Israel mencekik kehidupan warga Tepi Barat.

Ada anekdot di Tepi Barat. Perjalanan dari Ramallah ke Nablus yang berjarak 80 km butuh waktu minimal 7 jam, lebih lama ketimbang penerbangan dari Ramallah ke London.

Jika warga ingin bepergian dari satu kota ke kota lain di Tepi Barat, mereka harus melewati puluhan pos pemeriksaan militer di mana mereka menjalani pemeriksaan ketat dan interogasi secara detail. Di setiap pos itu warga harus antre panjang. Perlu waktu berjam-jam untuk mendapat giliran diperiksa dan diinterogasi.

Saat antre, warga kadang harus rela kehujanan dan kedinginan di musin dingin, atau gerah di musim panas. Pada setiap pos itu, warga harus menunjukkan identitas dan surat izin bepergian yang dikeluarkan Israel.

Keberadaan pos pemeriksaan, dibangunnya tembok pemisah Israel-Palestina, serta adanya puluhan permukiman Yahudi membuat Tepi Barat terkotak-kotak. Melintasi dari satu blok ke blok lain bak melintas beberapa negara.

Saat giliran diperiksa dan diinterogasi, setiap warga ditanyai dari mana, mau ke mana, kapan pergi, kapan kembali? Saat diperiksa, warga sering mendapat pelecehan atau provokasi dari serdadu Israel.

Warga Tepi Barat harus melewati pintu elektronik yang mendeteksi barang dan diminta melepas baju kecuali celana dalam.

Ini harus dilalui walau warga bepergian ke kota atau desa lain hanya untuk menengok saudara, keluarga. Warga tidak dapat bepergian ke suatu kota atau desa yang dinyatakan sebagai daerah militer Israel. Jika memaksakan diri, warga bisa ditangkap atau ditembak.

Warga harus siap selalu melihat kota atau desanya diobrak-abrik. Warga tidak pernah bisa tidur nyenyak.

Isam Ahmed, seorang kartunis Palestina asal Bethlehem, kepada harian Asharq Al Awsat mengungkapkan, ia juga mengalami semua itu ketika ingin bepergian dari Bethlehem ke Ramallah yang berjarak 40 km, yang harus ditempuh minimal tiga sampai lima jam.

Ahmed menuturkan, panjang antrean kendaraan di pos pemeriksaan bisa mencapai dua kilometer. Derita Ahmed adalah potret derita 1,7 juta jiwa penduduk Palestina di Tepi Barat.

Meninggal di jalan

Beberapa lembaga hak asasi manusia Palestina menemukan puluhan kasus orang sakit yang hendak menuju rumah sakit akhirnya meninggal di perjalanan. Kadang seorang wanita hamil harus melahirkan di pos pemeriksaan.

Laporan Departemen Kesehatan Palestina menyebutkan, sejak tahun 2000 hingga 2007 ada 68 kasus wanita hamil melahirkan di jalan raya, 34 wanita keguguran di tengah jalan, dan 4 wanita hamil meninggal dunia. Serdadu Israel mengabaikan imbauan agar memberi prioritas kepada wanita hamil.

Terdapat pula 137 warga Palestina yang sakit, meninggal dunia di tengah jalan karena serdadu Israel tidak mengizinkan ambulans mengambilnya untuk dibawa ke rumah sakit.

Cerita tembok pemisah yang dibangun di Tepi Barat sejak era PM Ariel Sharon tahun 2002 menambah beban. Tembok pemisah itu dicanangkan memiliki panjang 786 km dan terentang dari sekitar kota Jenin di utara ke Hebron di selatan.

Tembok itu telah membuat terpencil 343.000 warga. Tembok itu juga memisahkan keluarga. Pembangunan tembok itu telah mencaplok sekitar 43 persen tanah Tepi Barat.

Tembok itu memisahkan wilayah Tepi Barat. Ada blok wilayah utara yang meliputi kota Jenin, Nablus, dan Tul Karem. Blok wilayah tengah meliputi Ramallah dan Salfit. Blok wilayah Selatan mencakup Bethlehem dan Hebron.

Selain itu ada blok terpencil, yaitu kota Jericho dan Kalkiliya, yang dikelilingi tembok pemisah dan hanya ada satu pintu masuk dan keluar dua kota tersebut yang dijagai serdadu Israel.

Badan statistik Palestina mengungkapkan, hanya 5 persen sumber air di Tepi Barat yang dikuasai Palestina. Hal itu membahayakan lahan pertanian Palestina di wilayah tersebut. Misalnya Desa Gayush di Tepi Barat kini telah kehilangan 70 persen lahan pertanian karena kurangnya air dan pencaplokan demi pembangunan tembok.

Banyak juga penduduk kota Tulkarem dan desa sekitarnya yang sudah kehilangan mata pencarian. Angka pengangguran meningkat tajam.

Mahkamah internasional dan PBB telah mengutuk tindakan Israel membangun tembok pemisah yang dinyatakan ilegal. Masyarakat internasional, termasuk AS, juga mengkritik tersebarnya pos pemeriksaan.

Sepanjang sejarah Israel, yang berdiri tahun 1948, negara ini memang tidak pernah peduli pada perintah dan keputusan PBB. Israel terus seperti berlagak berada di atas hukum jika menyangkut wilayahnya.(kom)

Kontestan Miss Australia "Cuma Tulang dan Kulit"

In MAGAZINE on 29 April 2009 at 12:07 AM


Kontes Miss Universe di Australia memicu kontroversi saat beberapa dokter dan ahli gizi menyatakan seorang finalis utama “hanya tulang dan kulit” dan sangat kekurangan gizi.

Adalah model asal Sydney, Stephanie Naumoska (19), yang menjadi sorotan dalam ajang itu.

“Cuma tulang atau cantik?” demikian judul berita utama surat kabar ketika mengomentari gambar Naumoska, yang kurus-kering, berpose dengan memakai bikini berwarna merah. Seperti dilansir Reuters, Naumoska adalah satu dari 32 peserta dari lebih 7.000 calon yang melaju ke putaran final.

Beberapa ahli kesehatan mengatakan, Namoska, yang memiliki tinggi 1,8 meter dan berat hanya 49 kilogram, memiliki indeks massa tubuh (BMI) hanya 15,1, jauh di bawah batas ukuran gizi resmi 18.

“Ia akan dikategorikan sebagai kekurangan berat dan saya tentu saja ingin melakukan penilaian mengenai makanannya guna memastikan bahwa ia tak memiliki sejenis gangguan makan,” kata ahli gizi Melanie McGrice kepada beberapa surat kabar lokal. “Ia perlu menjalani pemeriksaan darah, analisis makanan, dan penilaian secara keseluruhan,” katanya.

Direktur kontes kecantikan, Deborah Miller, mengatakan, Naumoska, yang berambut coklat dan kalah di final oleh pembawa acara televisi dan model yang berusia 20 tahun, Rachael Finch, adalah keturunan Macedonia, yang memengaruhi kondisi tubuhnya yang sangat kurus.

“Mereka memiliki tubuh yang lentur dan panjang serta tulang yang kecil. Itulah jenis tubuh mereka, seperti gadis lain Asia yang cenderung bertubuh kecil,” kata Miller.

Namun, Ketua Perhimpunan Medis Australia Rosanna Capolingua, yang organisasinya mewakili para dokter Australia, mengatakan bahwa kontes tersebut mesti memberlakukan ukuran minimum BMI 20. “Namun, bagian yang paling tidak sehat mengenai itu ialah citra yang diperlihatkannya kepada perempuan muda lain yang mungkin memandang ini sebagai normal, padahal jelas itu tidak normal,” kata Capolingua.

Meskipun Naumoska menolak berbicara kepada media, ahli gizi Susie Burrel mengatakan kepada surat kabar Herald Sun bahwa tak ada yang disebut jenis tubuh Macedonia. Finch, yang akhirnya menjadi pemenang, akan bersaing di final Miss Universe dunia di Kepulauan Bahama pada Agustus. (kom)